Yunianto Tri Atmojo

Let\’s change for the better future!

Wayang Beber

Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.

Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi Wayang Kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta diberi tokoh tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon (wayang dengan tokoh asli India) diantaranya adalah Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. Perlu diketahui juga bahwa Wayang Beber pertama dan masih asli sampai sekarang masih bisa dilihat. Wayang Beber yang asli ini bisa dilihat di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara.

Oktober 2, 2006 Posted by | Sejarah | Tinggalkan komentar

Konsili Nicea

Tujuan konsili ini (yang juga disebut sinode) adalah memecahkan perbedaan pendapat di Gereja Alexandria mengenai hakikat Yesus dalam hubungannya dengan Sang Bapa; khususnya apakah Yesus mempunyai hakikat yang sama atau serupa dengan Allah Bapa. St. Alexander dari Alexandria mengambil posisi yang pertama; penatua Arius yang populer, yang merupakan asal-usul istilah pertikaian Arian datang, dan mengambil posisi yang kedua. Konsili ini memutuskan menentang kaum Arian. Hasil lain dari konsili ini adalah kesepakatan mengenai tanggal perayaan Paskah Kristen, yang mulanya berkaitan dengan Paskah Yahudi. Perayaan ini adalah perayaan terpenting dalam kehidupan Gereja. Konsili memutuskan untuk merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah equinox musim semi, bebas dari Kalender Ibrani Alkitab (lihat pula Quartodecimanisme), dan memberikan wewenang kepada Uskup Alexandria kemungkinan menggunakan kalendar Alexandria) untuk mengumumkan setiap tahunnya tanggal yang persis kepada rekan-rekan uskupnya.

Konsili Nicea secara historis penting karena ini adalah upaya pertama untuk mencapai konsensus di kalangan gereja melalui sebuah persidangan yang mewakili seluruh dunia Kristen.”Ini adalah kesempatan pertama untuk pengembangan Kristologi yang teknis. Lebih jauh, “Konstantin dalam menghimpunkan dan memimpin konsili ini menandai adanya kontrol kerajaan atas gereja. Dengan dirumuskannya Pengakuan Iman Nicea, ditetapkanlah sebuah preseden untuk konsili-konsili umum berikutnya untuk merumuskan sebuah pernyataan iman dan kanon yang dimaksudkan untuk dijadikan sebagai ajaran yang benar bagi semua orang Kristen. Hal ini dimaksudkan untuk mempersatukan Gereja dan memberikan pedoman yang jelas dalam hal-hal yang dipertentangkan tentang apa artinya menjadi orang Kristen. Ini adalah sebuah peristiwa penting dalam sejarah Gereja dan sejarah Eropa di kemudian hari.

Oktober 2, 2006 Posted by | Sejarah | 4 Komentar

Babad Tanah Jawa / Jawi

Babad Tanah Jawi yang ditulis oleh carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III ini merupakan karya sastra sejarah dalam berbentuk tembang Jawa. Sebagai babad/babon/buku besar dengan pusat kerajaan jaman Mataram, buku ini tidak pernah lepas dalam setiap kajian mengenai hal hal yang terjadi di tanah Jawa. Akan tetapi siapapun yang kesengsem memahami Babad Tanah Jawi ini harus bekerja keras menafsirkan setiap data yang dituliskan. Maklum seperti babad lainnya ,selain bahasanya yang jawa kuno ,perihal mitosnya cukup banyak

Buku ini juga memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga Mataram Islam.

Silsilah raja-raja Pajajaran yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya Majapahit, Demak, terus berurutan hingga sampai kerajaan Pajang dan Mataram pada pertengahan abad ke-18.

Tidak dapat dipungkiri buku ini menjadi salah satu babon rekonstruksi sejarah pulau Jawa. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.

Banyak versi
Babad Tanah Jawi ini punya banyak versi.

Menurut ahli sejarah Hoesein Djajadiningrat, kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada 1788. Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan naskah tertua bertarikh 1722.

Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan. Sementara kelompok kedua dilengkapi dengan kisah panjang lebar.

Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah. Antara lain ahli sejarah HJ de Graaf. Menurutnya apa yang tertulis di Babad Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya cerita tentang peristiwa tahun 1600 sampai jaman Kartasura di abad 18. Demikian juga dengan peristiwa sejak tahun 1580 yang mengulas tentang kerajaan Pajang. Namun, untuk cerita selepas era itu, de Graaf tidak berani menyebutnya sebagai data sejarah: terlalu sarat campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng.

Selain Graaf, Meinsma berada di daftar peminat Babad Tanah Jawi. Bahkan pada 1874 ia menerbitkan versi prosa yang dikerjakan oleh Kertapraja. Meinsma mendasarkan karyanya pada babad yang ditulis Carik Braja. Karya Meinsma ini lah yang banyak beredar hingga kini.

Oktober 2, 2006 Posted by | Sejarah | 60 Komentar

Renaisanse / Abad Pencerahan

Abad pencerahan atau Renaisans adalah sebuah periode yang berlangsung selama 25 samapi 50 tahun, dan tiba pada titik puncaknya kurang lebih pada tahun 1500. Renaisans dari bahasa Perancis renaissance artinya adalah “Lahir Kembali” atau “Kelahiran Kembali”. Yang dimaksudkan biasanya adalah kelahiran kembali budaya klasik terutama budaya Yunani kuno dan budaya Romawi kuno. Namun zaman sekarang hal ini bisa menyangkut segala hal. Masa ini ditandai oleh kehidupan yang cemerlang di bidang seni, pemikiran maupun kesusastraan yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan. Masa Renaissance bukan suatu perpanjangan yang berkembang secara alami dari abad pertengahan, melainkan sebuah revolusi budaya, suatu reaksi terhadap kakunya pemikiran serta tradisi Abad pertengahan. Renaisans pertama kali diperkenalkan di Eropa Barat, di kawasan Italia. Hal ini dipicu kekalahan tentara salib dalam perang suci. Kekalahan tersebut membuat para pemikir dan seniman menyingkir dari Bizantium menuju Eropa Barat. Mereka menyadari telah dumulainya masa gunpowder (mesiu peledak) dan untuk menguasai teknologi tersebut mereka harus melepaskan diri dari pengaruh mistisme zaman pertengahan dengan kembali kepada sains zaman klasik yang sebelumnya dilarang karena dianggap pelanggaran terhadap misi ketuhanan. Perkembangan pertama renaisans terjadi di kota Firenze. Keluarga Medici yang memiliki masalah dengan sistem pemerintahan papacy menjadi penyokong keuangan dengan usaha perdagangan di wilayah mediterania. Hal ini membuat para intelektual dan seniman memiliki kebebasan besar karena tidak lagi perlu memikirkan masalah keuangan dan mendapatkan perlindungan dari kutukan pihak gereja.

Dilihat dari definisinya, kata “renaissance” menyiratkan sebuah pembangunan kembali atau kebangkitan. Periode yang dikenal sebagai renaissance dipandang sebagai sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi (yang dianggap sebagai “klasik”) ketika keduanya mengalami masa keemasan. Faktanya, sekalipun semasa Renaissance banyak orang membaca kesusasteraan klasik dan mempertimbangkan kembali pemikiran klasik, esensi yang sebenarnya dari renaissance adalah lahirnya banyak pembaharuan maupun penciptaan. Universitas tumbuh menjamur di seantro Eropa, dan penyebaran gagasan tiba-tiba muncul serempak

September 21, 2006 Posted by | Sejarah | 4 Komentar

Vandal

Bangsa Vandal adalah suku Jerman timur yang datang ke Kekaisaran Romawi pada abad ke-5 an menciptakan sebuah negara di Afrika utara, berpusat di kota Kartago. Bangsa ini mungkin telah memberikan namanya kepada daerah Andalusia, yang aslinya bernama Vandalusia, kemudian bahasa Arab Al-Andalus, di selatan Spanyol, di mana mereka menetap sementara sebelum menyebar ke Afrika
Daftar raja

1. Godigisel (—407)
2. Gunderic (407–428)
3. Geiseric (428–477)
4. Huneric (477–484)
5. Gunthamund (484–496)
6. Thrasamund (496–523)
7. Hilderic (523–530)
8. Gelimer (530–534)

September 18, 2006 Posted by | Sejarah | Tinggalkan komentar

Perang Punisia

Perang Punic, adalah sebuah peperangan yang terjadi antara Republik Romawi dengan Kekaisaran Kartago. Kata Punic sendiri berasar dari kata Punici, yang memiliki arti Orang fenisia dalam bahasa latin.

Perang ini terjadi akibat adanya keinginan bangsa Romawi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Niat ini awalnya berlangsung tanpa hambatan yang berarti (hambatan disini berarti perlawanan dari penduduk asli) hingga akhirnya Republik Romawi berhadapan dengan Kartago. Pertempuran berlangsung dengan korban mencapai ratusan ribu prajurit. Sebelum serangan Republik Romawi pada Perang Punic 1, Kekaisaran Kartago adalah penguasa daerah Mediterania dengan maritimnya yang kuat. Hingga akhirnya pada Perang Punic 3, Republik Romawi berhasil menghancurkan Kekaisaran Kartago dan menghancurkan ibukotanya, menjadikan Republik Romawi sebagai penguasa terkuat di Mediterania bagian barat.

Hannibal, Jendral Kekaisaran Kartago
Pada Perang Punic 1 (264 SM – 241 SM), pertempuran bukan hanya terjadi di daratan, namun perang laut yang besar juga terjadi. Perang ini berlangsung dengan sengit hingga akhirnya Kekaisaran Romawi menang dan mendapatkan Kepulauan Sicilia. Akibat kekalahannya, Kartago mengalami guncangan politik maupun militer, sehingga Kekaisaran Romawi dengan mudah merebut Sardinia dan Corsica.
Pada Perang Punic 2 (218 SM – 202 SM), Pasukang Kartago yang dipimpin oleh Hannibal menyebrangi daerah Alpen untuk menyerang Roma dari utara, dan berhasil memenangkan sejumlah pertempuran. Namun ternyata kemenangan ini tidak cukup berarti untuk menjatuhkan Roma. Membalas kekalahannya, Kekaisaran Romawi menyerang Hispania, Sicila dan Yunani. Disaat yang sama, pertempuran terjadi di Afrika. Di sana, Kekaisaran Kartago berhasil dikalahkan dalam sebuah pertempuran di Zama (Battle of Zama). Hal ini mengakibatkan berkurangnya wilayah kekuasaan Kartago.
Perang Punic 3 diwarnai dengan penyerangan Kekaisaran Roma langsung ke jantung Kekaisaran Kartago, Kota Kartago, pada tahun 149 SM – 146 SM. Kekaisaran Romawi menang dan berhasil menghancurkan Kota Kartago, sekaligus menandai keruntuhan Kekaisaran Kartago.

September 2, 2006 Posted by | Sejarah | Tinggalkan komentar

Kekaisaran Romawi

Kekaisaran Romawi (Latin: IMPERIVM ROMANVM atau Imperium Romanum) adalah sebuah entitas politik sangat besar yang pernah ada. Walaupun kota Roma telah berdiri sejak tahun 753 SM, perlu waktu 500 tahun bagi pemerintah Romawi untuk meneguhkan kekuasaannya hingga melewati semenanjung Italia.
Dalam proses memperluas kekuasaannya, Romawi berbenturan dengan Kartago (pemerintahan yang didirikan tahun 814 SM oleh bangsa Fenisia). Akibatnya, keduanya berperang dalam sebuah peperangan yang disebut Perang Punic (264-241 SM). Perang ini berakhir dengan direbutnya kota Kartago oleh Romawi pada tahun 146 SM, yang menandai permulaan dari dominasi pemerintahan Romawi di Eropa, yang terus berkuasa dengan kekuasaan tertinggi selama enam abad berikutnya.
Bagian selanjutnya akan menguraikan peristiwa-peristiwa besar (Major Event) yang terjadi selama Kekaisaran Romawi berdiri.
Julius Caesar dikenang sebagai kaisar Romawi paling sempurna (walaupun Roma masih merupakan sebuah republik semasa hidupnya dan jabatan kaisar belum dibentuk hingga ia meninggal). Ia memerintah Republik Romawi mulai tahun 102-44 SM.
Kekuasaan yang dimiliki Julius Caesar didapatkannya ketika ia masih menjabat sebagai salah satu anggota Triumvirat (sebuah dewan pemerintahan yang terdiri atas tiga serangkai, ketika itu : Caesar, Pompeius dan Crassus) sebagai pemimpin militer. melalui sebuah kudeta melawan anggota Triumvirat lainnya. Setelah kudetanya berhasil, ia memecat Pompei(106-48 SM). dan mengabaikan hukum pemerintahan republik itu, menjadikannya sebagai penguasa dengan kekuasaan mutlak. Ia terus memerintah sampai tewas dibunuh pada tahun 44 SM.
Dengan dikalahkannya Kartago, Roma mulai angkuh dan berniat menaklukan dan memerintah sebanyak mungkin wilayah di dunia yang sudah dikenal ketika itu. Di tangan Julius Caesar bangsa romawi mulai mewujudkan mimpinya. Ia mendesak perbatasan Romawi ke luar sehingga kekuasaannya menjadi lebih luas dibandingkan setiap kaisar Romawi lain.
Julius Caesar mengubah perjalanan sejarah Roma – dan tentu saja, sejarah Eropa. Di Roma sendiri, ia menggulingkan pemerintahan republik dan menciptakan jabatan yang menurut faktanya adalah seorang kaisar, yang dijadikan jabatan resmi oleh kemenakannya Octavianus (63 SM-14 Masehi) ketika ia memegang kekuasaan setelah kematian pamannya. Tatkala Caesar baru mulai memerintah, Roma adalah penguasa utama di Laut Tengah. Pada waktu kematiannya, Roma juga menjadi pemerintahan adikuasa yang pertama di Eropa-atau boleh jadi di seluruh dunia.
Kelahiran Kekaisaran Romawi (30 SM)
Setelah Julius Caesar tewas, ia digantikan oleh kemenakannya yang bernama Octavianus. Namun pada awal pemerintahannya, Octavianus mendapat banyak perlawanan dari saingan-saingannya. Oleh karenanya, ia sepakat untuk memerintah sebagai bagian dari sebuah Triumvirat (sebuah dewan pemerintahan yang terdiri atas tiga serangkai) bersama-sama Marcus Lepidus (?-13 SM) dan Marcus Antonius (83-30 SM).
Namun sekali lagi, pemerintahan Triumvirat ini tidak cukup berhasil, sehingga menimbulkan pemberontakan yang dipimpin Gaius Cassius dan Markus Yunius Brutus. Setelah pemberontak berhasil dihancurkan, Triumvirat sepakat untuk membagi kekuasaan secara geografis, dengan Octavianus di Eropa, Lepidus di Afrika dan Antonius di Mesir.
Di Mesir, Markus Antonius mengawali pemerintahannya di kota kosmopolitan Alexandria, disana ia bertemu dengan ratu Mesir Cleopatra (69-30 SM) yang kemudian ia nikahi. Ia menetapkan ketiga anaknya sebagai penggantinya dan sering kali ia menghadiahi istrinya dengan benda-benda yang mahal, bahkan timbul kabar angin bahwa ia akan menghadiahkan kota Roma (yang dikuasai Octavianus) kepada Cleopatra, sebagai hadiah.
Ketika kabar angin itu merebak dan terdengar oleh Octavianus, ia menjadi berang dan mendeklarasikan perang. Kedua belah pihak berhadapan muka di Pertempuran Actium Pada tahun 31 SM. Pada pertempuran itu, pasukan Anthony berhasil di desak dan di kalahkan (Anthony dan Cleopatra kemudian mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri pada tahun 30 SM. Octavianus mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar romawi dengan menyandang nama baru, Kaisar Augustus. Dengan pendeklarasian ini, maka Kekaisaran Romawi resmi didirikan.
Tahun empat kaisar (Year of the four emperors) (69 Masehi)
Setelah Kasiar Nero meninggal karena bunuh diri pada tahun 68, meletuslah suatu perang saudara di Kekaisaran Romawi (perang saudara pertama sejak kematian Antonius pada tahun 30 SM), masa yang dikenal juga dengan sebutan Tahun empat Kaisar (Year of the four emperors). Antara bulan Juni 68 hingga bulan Desember 69, Kaisar Romawi berganti hingga 3 kali dalam satu tahun (Nero digantikan Galba, Galba digantikan Otho, Otho digantikan Vespasian, penguasa pertama dari dinasti Flavian). Periode perang saudara ini sendiri dianggap menjadi awal catatan hitam dalam sejarah Kekaisaran Romawi, karena akibat yang ditimbulkannya berimplikasi besar pada kestabilan politik dan militer Roma saat itu.
Krisis Pada Abad ke-3 (253 – 284)
Setelah Augustus mendeklarasikan berakhirnya perang saudara pada abad ke-1 Sebelum Masehi, Kekaisaran Romawi mengalami periode dimana perluasan daerah, kedamaian, dan kemakmurah ekonomi terasa diseluruh penjuru Kekaisaran (Pax Romana). Namun pada abad ke-tiga, Kekaisaran dihadapkan pada sebuah krisis dimana serangan bangsa bar-bar, perang saudara, dan hiperinflasi terjadi dalam waktu yang bersamaan dan terus menerus, yang hampir menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi.
Kekacauan ini sala satunya disebabkan karena tidak adanya suatu sistem yang jelas yang mengatur tentang pergantian kekuasaan (succesion) sejak Augustus meninggal tanpa menunjuk penerus Kekaisaran (normalnya, kekuasaan akan diserahkan kepada anak sang kaisar, namun saat itu Augustus tidak memiliki anak). Hal ini menyebabkan kekacauan saat pergantian kekaisaran pada abad ke-1 dan ke-2, namun biasanya kekacauan yang terjadi tidak berlangsung lama.
Pada abad ke-3 ini, puncak kekaisaran dipimpin sekurang-kurangnya 25 Kaisar antara tahun 235 – 284 (biasa disebut Kaisar-Militer (Soldier-Emperor). Kebanyakan dari 25 kaisar ini tewas dibunuh atau terbunuh dalam konflik abad ke-3 ini. periode ini dianggap berakhir setelah Diocletian berkuasa.
Penyebaran Agama Kristen di Romawi
Kurang lebih tiga abad setelah kematian Kaisar Augustus (wafat pada tahun 14 Masehi), Roma yang berbentuk kekaisaran telah berkembang dengan pesatnya. Dengan wilayah yang luas dan kekuatan militer yang tak terkalahkan, kekaisaran Romawi menjadi kekaisaran terbesar di dunia yang telah dikenal ketika itu, masa yang biasa disebut Pax Romana, di mana pun terwujud.
Pada saat inilah, agama Kristen mulai tumbuh dan berkembang di Roma. Tidak seperti agama-agama sebelumnya, yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai ciri-ciri budaya suatu bangsa, agama Kristen secara aktif mempertobatkan mereka yang belum percaya. Agama Kristen bermula dari Timur Tengah dan menyebar hingga ke Yunani dan Mesir. Para utusan Injil Kristen terutama murid Yesus, Petrus (?-67 Masehi), perintis penyebaran agama Kristen, bersama-sama Saulus dari Tarsus (5-67 Masehi), kini dikenal sebagai Paulus, memberitakan agama yang baru itu ke seluruh wilayah Kekaisaran dan bahkan sampai ke Roma.
Pada awalnya, kedatangan agama baru ini bisa ditoleransi oleh orang Romawi. Namun pada perkembangan selanjutnya, orang Romawi mulai khawatir akan penyebaran agama Kristen yang begitu cepatnya. Mereka mengkhawatirkan agama ini akan memecahbelah persatuan bangsa Romawi. Maka dimulailah pembantaian terhadap orang-orang yang memeluk agama Kristen. Mereka dibunuh, ditindas atau dijadikan umpan singa di arena sirkus. Meskipun demikian, gerakan-gerakan bawah tanah orang Kristen tetap aktif menyebarkan agama, mereka menjadikan Roma sebagai pusat gerakan mereka.
Hingga suatu ketika, keadaan ini berubah ketika Constantinus (280-337 Masehi), yang memeluk agama Kristen, berkuasa. Di bawah kepemimpinannya, agama yang awalnya ditentang ini, mulai diterima dan bahkan dikembangkan. Bahkan, ia sempat menjadi penengah dalam sebuah perselisihan serius mengenai doktrin antara golongan barat dan timur dalam Gereja. Ia mengundang para uskup yang mewakili kedua golongan itu untuk menghadiri sebuah Konsili Nicea tahun 325 Masehi. Di sana perbedaan-perbedaan di antara mereka diselesaikan. Pengakuan Iman Nicea, yang naskahnya dibuat pada konferensi tersebut, menetapkan keyakinan-keyakinan Kristen yang mendasar yang dapat disepakati kedua golongan.
Selanjutnya, Constantinus mengambil sejumlah langkah untuk menyelamatkan orang Kristen dari kehancuran, baik sebagai akibat penganiyayaan eksternal ataupun perselisihan internal. Ia juga menetapkan agama Kristen sebagai agama negara di seluruh pemerintahan Kekaisaran Romawi.
Karena jasa-jasanya itulah, agama tersebut mulai tersebar bahkan menjadi dominan di seluruh Eropa (karena ketika itu, Romawi menguasai hampir seluruh daratan Eropa).
Pembagian Kekaisaran Romawi (395)
Pembagian Kekaisaran Romawi yang tunggal menjadi dua (Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur) terjadi sekitar tahun 395 setelah kematian Thedosius I. Pembagian kekuasaan ini dilakukan melalui serangkaian peristiwa yang saling terkait.
Kaisar Romawi ketika itu, Diocletian mulai mengalami kesulitan-kesulitan yang serus dalam menjalankan pemerintahannya diatas daerah yang sangat luas, kesulitan ini di antaranya :
• Daerah yang terlalu luas mengakibatkan koordinasi pusat dengan daerah lainnya terhambat, perlu waktu berbulan-bulan agar maklumat atau hukum dari pusat pemerintahan samapai ke daerah terpencil.
• Daerah yang terlalu luas itu juga mengakibatkan rendahnya pengawasan dan penjagaan dari serangan bangsa lain seperti Goth, Visigoth, Vandal dan Frank.
Diocletian melihat bahwa Kekaisaran Romawi tidak akan bisa bertahan jika dipimpin oleh satu pemerintahan saja, maka ia pun memotong Kekaisaran menjadi dua, pada sekitar daerah timur Italia (lihat), dan menyebut pemimpinnya dengan sebutan Augustus
• Kekaisaran Romawi Bagian Barat dengan Diocletian sebagai Augustus of the Weastern Half
• Kekaisaran Romawi Bagian Timur dengan Maximian, sahabat karib Diocletian, sebagai Augustus of the Eastern Half
Walaupun begitu, kekaisaran Romawi pada saat ini tetap menjadi suatu Kekaisaran tunggal, pemisahan menjadi Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur terjadi pada masa kepemimpinan Theodisius I.
Tetrachy (Empat Pemimpin)(285 – 324)
Setelah wilayah Kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua wilayah. Pada tahun 293 masing-masing Augustus memilih Kaisar Muda yang disebut Caesar (bedakan antara Kaisar (Emperor) dengan Caesar) sebagai pembantu urusan administratif dan sebagai penerus Kekaisaran jika mereka meninggal; Galerius menjadi Caesar dibawah Dioclotian dan Constantius Chlorus dibawah Maximian. Konstitusi ini disebut Tetrachy dalam ilmu pemerintahan modern.
Pada awalnya, sistem ini cukup berhasil mencegah kehancuran Kekaisaran Roma. Penurunan kekuasaan pun berlangsung dengan damai. Setiap Caesar, dari barat ataupun timur, menggantikan Augustus masing-masing dan mengangkat Caesar Baru; Galerius mengangkat keponakannya Maximinus, dan Constantius mengangkat Flavius Valerius Severus sebagai Caesar nya. Namun keadaan berubah ketika Constantius Chlorus meninggal pada tanggal 25 Juli 306. Pasukan Constantius di daerah Eboracum segera mengangkat Constantine, anak Constantius, sebagai Augustus. Dan pada bulan agustus di tahun yang sama, Galerius juga memutuskan untuk mengangkat Severus menjadi Augustus
Ketika ketidakpuasan merajalela, Roma dihadapkan pada sebuah revolusi yang menginkan Maxentius anak Maximian menjadi Augustus (akhirnya ia menjadi Augustus pada tanggal 28 Oktober 306). Berbeda dengan yang lainnya, pengangkatan Maxentius ini didukung oleh pasukan Praetorian. Hal ini menyebabkan Kekaisaran memiliki 5 pemimpin: Empat Augustus (Galerius, Constantine, Severus dan Maxentius) dan seorang Caesar (Maximinus)
Dan pada tahun 307, Maximian juga memproklamirkan dirinya sebagai Augustus, bersebelahan dengan anaknya Maxentius (sehingga secara total, ada 6 orang Augustus di Kekaisaran Romawi yaitu : Maximinus, Maximian, Maxitius, Galerius, Constantine dan Severus). Namun hal ini tidak disetujui oleh Galerius dan Severus, sehingga menimbulkan perang saudara di daerah Italia. Akhirnya, Serverus terbunuh di tangan Maxentius pada tanggal 16 September 307. Keduanya (Maximinus dan Maxentius) pun berusaha memikat Constantine untuk bekerjasama dengan cara menjodohkan Constantine dengan Fausta, anak Maximian sekaligus kakak kandung Maxentius.
Keadaan semakin rumit ketika Domitius Alexander, Vicarius (semacam Gubernur) dari Provinsi Afrika memproklamirkan diri sebagai Augustus pada 308. Melihat perkembangan ini, maka diadakanlah Kongres Carnuntum yang dihadiri oleh Diocletian, Maximian, and Galerius. Kongres ini menghasilkan keputusan antara lain :
• Galerius menjadi Augustus di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur
• Maximinus menjadi Caesar di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur
• Maximian Dipecat
• Maxentius tidak diakui, kepemimpinannya dianggap ilegal
• Constantine mendapat pengakuan, namun jabatannya di turunkan menjadi Caesar di Kekaisaran Romawi Bagian Barat
• Licinius menggantikan Maximian sebagai Augustus di Kekaisaran Romawi Wilayah Barat
Namun masalah terus berlanjut. Maximinus menuntut agar gelarnya sebagai Augustus dikembalikan. Akhirnya dia memproklamirkan dirinya kembali sebagai Augustus pada tanggal 1 Mei 310. Diikuti oleh Maximian yang memproklamairkan dirinya, untuk yang ketiga kalinya, menjadi Augustus. Namun ia (Maximian) tewas dibunuh oleh menantu-nya sendiri, Constantine, pada bulan Juli 310. Pada akhir tahun 310, Kekaisaran Romawi masih dipimpin oleh 4 Augustus resmi (Galerius, Maximinus, Constantine, dan Licinius) dan seorang Augustus ilegal (Maxentius)
Galerius Tewas pada bulan Mei 311 meninggalkan Maximinus sebagai penguasa tunggal Kekaisaran Romawi Wilayah Timur. Disaat bersamaan, Maxentius mendeklarasikan perang terhadap Constantine, yang telah membunuh ayahnya (Maximian adalah ayah kandung Maxentius). Namun peperangan itu menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Ia tewas dalam suatu pertempuran melawan Constantine, Pertempuran di Jembatan Milvian, pada tanggal 28 Oktober 312.
Akibat kematian Maxentius, Augusti (kata jamak dari Augustus) hanya bersisa 3 orang; Maximinus, Constantine, dan Licinius. Licinius kemudian menikahi Constantia, adik Constantine, untuk mengikat persahabatan dengan Constantine.
Pada bulan Agustus 313, Maximinus tewas di daerah Tarsus, Cilicia. Augusti yang tersisa (Licius dan Constantine) akhirnya sepakat membagi 2 wilayah Kekaisaran Romawi, seperti yang dilakukan oleh Diocletian; Constantine di Kekaisaran Romawi Bagian Barat, dan Lucius di Kekaisaran Romawi Bagian Timur.
Pembagian kekuasaan ini berlangsung selama sepuluh tahun. Samapai pada tahun 324, peperangan antara dua Augusti yang tersisa terjadi. Peperangan ini berakhir dengan kekalahan Lucius, menjadikan Constantine sebagai penguasa tunggal di seluruh Kekaisaran Romawi.
Kemudian Constantine memutuskan bahwa Kekaisaran yang hampir musnah ini, membutuhkan ibukota baru sebagai pusat pemerintahan. Ia memutuskan memindahkan pusat pemerintahan ke Kota kuno Byzantium dan merubah namanya menjadi Nova Roma (namun dikemudian hari, kota ini dikenal dengan Constantinople, kota Constantine). Constantineople terus menjadi pusat pemerintahan Constantine yang agung sampai kematiannya pada tanggal 22 Mei 337.
Theodosius I, Kaisar Terakhir (395)
Pada tahun 392, Valentinian tewas di Vienne. Theodosius I menggantikan dia, memerintah seluruh Kekaisaran Romawi.
Theodosius mempunyai dua putra (Arcadius dan Honorius) dan seorang putri bernama Pulcheria, dari istri pertamanya, Aelia Flacilla. Putri dan istrinya pertamanya kemudian tewas pada tahun 385. Dari istri keduanya, Galla, dia mendapatkan seorang putri, Galla Placidia, ibu dari Valentinian III, seseorang yang kemudian menjadi Kaisar di Kekaisaran Romawi Barat.
Setelah kematiannya pada tahun 395, kekuasaannya dibagi kepada dua anaknya Arcadius dan Honorius; Arcadius menjadi penguasa Kekaisaran Romawi Timur, dengan ibukota Konstantinopel, dan Honorius menjadi penguasa di Barat, dengan ibukota Milan. sunting]
Pertempuran Adrianople (378)
Artikel utama: Pertempuran Adrianople (378), dan [[]], dan [[]], dan [[]], dan [[]]
Pertempuran Adrianople (9 Ahustus 378) adalah pertempuran antara Tentara Romawi yang dipimpin Kaisar Valens dan suku Jerman (Germanic Tribes, kebanyakan berasal dari suku Visigoths dan Ostrogoths) dipimpin oleh Fritigern. Pertempuran terjadi di daerah Adrianople dan berakhir dengan kekalahan telak Kekaisaran Romawi. Pertempuran ini mengakibatkan tewasnya Kaisar Valens.
Daftar pemimpin pemerintahan
Catatan : Tahun yang tertulis adalah tahun jabatan (bukan tahun kelahiran – kematian)
Pencetus dan pendiri Kekaisaran Romawi (49 SM – 14 Masehi)
• Caesar konsul (59 SM), diktator (49 – 44 SM)
• Triumvirat : Octavianus, Markus Antonius, Markus Lepidus (44 – 27 Masehi)
• Octavianus, (27 SM – 14 Masehi)

Dinasti Julio-Claudian (14-69 Masehi)
• Tiberius (14 – 37 Masehi)
• Caligula (37 – 41)
• Claudius (41 – 54)
• Nero (54 – 68)
Tahun Empat Kaisar (Year of Four Emperor) 68-69
• Galba (68 Masehi)
• Otho (68 Masehi)
• Vitellius (68 Masehi)
• Vespasianus (69 – 79)
Dinasti Flavianus (69 – 96)
• Vespasianus (69 – 79): Kaisar 69 – 79
• Titus (79 – 81)
• Domitianus (81 – 96)
[sunting]
5 Kaisar Baik (Five Good Emperor) dan Dinasti Antoninus (96 – 180)
• Nerva (96 – 98), salah satu dari 5 Kaisar baik
• Trajanus (98 – 117), salah satu dari 5 Kaisar baik
• Hadrianus (117 – 138), salah satu dari 5 Kaisar baik
• Antoninus Pius (138 – 161), salah satu dari 5 Kaisar baik
• Markus Aurelius (161 – 180), salah satu dari 5 Kaisar baik
• Commodus (180 – 192)

Dinasti Severanus (193 – 235)
• Septimius Severus (193 – 211)
• Caracalla (211 – 217)
• Macrinus (217 – 218)
• Elagabalus (218 – 222)
• Alexander Severus (222 – 235)
Krisis di Abad Ketiga (235–284)
Catatan : Krisis abad ke-3 biasa digunakan untuk menggambarkan sebuah keadaan kacau di Kekaisaran Romawi antara tahun 235 dan 284, yang hampir menyebabkan kehancuran Kekaisaran Romawi. Pada periode ini, Kekaisaran dipimpin oleh kira-kira 25 Kaisar. Periode ini dianggap berakhir setelah Diocletian berkuasa.
• Diocletian, membagi Kekaisaran Romawi menjadi dua.
Tetrachy (285 – 324) dan Constantine (324 – 337)
• Diocletian, Augustus Wilayah Timur
• Maximian, Augustus Wilayah Barat
• Galerius, Caesar Wilayah Timur
• Constantius Chlorus, Caesar Wilayah Barat
• Constantinus
Anak-anak Constantinus (337 – 361)
• Constantius II berkuasa di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur
• Constantine II dan Constans, berkuasa di Kekaisaran Romawi Wilayah Barat
Catatan : Constantine II dan Constans kemudian tewas, meninggalkan Constantius II sebagai penguasa tunggal.
Julian Dan Jovian (361 – 364)
• Julian
• Jovian
Dinasti Valentinian (364 – 392)
• Valentinian I berkuasa di Kekaisaran Romawi Wilayah Barat
• Valens berkuasa di Kekaisaran Romawi Wilayah Barat
• Valentinian II dan Gratian

Kaisar Terakhir (392 – 395)
• Theodosius I, sebelum akhirnya Kekaisaran Tunggal Romawi dipecah menjadi dua, antara Kekaisaran Romawi Barat yang berpusat di Roma, dengan Kekaisaran Romawi Timur yang berpusat di Constantinople.

September 2, 2006 Posted by | Sejarah | 3 Komentar